Ramen, a beloved staple of Japanese cuisine, has a rich history that reflects the country's cultural evolution. Although its exact origins remain somewhat contested, it is widely believed that ramen traces back to the Chinese noodle soup, which was introduced to Japan in the late 19th century. Initially, it was primarily consumed by the lower classes, but over time, it gained popularity and prestige, evolving into a culinary delight enjoyed across various social strata.
During the post-World War II era, ramen became increasingly popular as cheap, readily available meals were essential for a country striving to rebuild. Its adaptability allowed it to accommodate local tastes and ingredients, leading to the emergence of distinct regional varieties, which embody the diversity and complexity of Japanese food culture. Each region boasts its unique ramen style, characterized by different broths, noodles, and toppings.
For instance, in Hokkaido, the use of rich miso broth distinguishes its ramen, while Fukuoka is renowned for tonkotsu ramen, featuring a creamy pork bone broth. In the city of Tokyo, shoyu (soy sauce) ramen is favored, offering a light and savory experience. Meanwhile, the interests of ramen enthusiasts extend even further, as they discover flavors influenced by local ingredients and culinary traditions, each bowl representing a unique story of its region.
Ramen is not just a meal; it is an experience that encapsulates the essence of Japanese hospitality. The existence of specialized ramen shops, or “ramen-ya,” showcases the craft of chefs who have dedicated their lives to perfecting this dish. This deep-rooted ramen culture continues to thrive globally, further emphasizing its significance in not only Japanese society but also in the culinary world at large.
Panitia Pelaksana (Panpel) Pertandingan PSIS Semarang akan menyaring penonton pertandingan melawan Persis Solo dalam lanjutan Liga 1 Indonesia 2024/ 2025 di Stadion Jatidiri Semarang, Senin (20/1), untuk mengantisipasi kehadiran pendukung tim tamu.
"Kami akan cek tiket dan KTP penonton yang akan masuk ke stadion," kata Ketua Panpel Pertandingan PSIS Semarang Agung Buwono di Semarang, Minggu.
Dia mengatakan hingga saat ini larangan kehadiran pendukung tim tamu saat pertandingan Liga 1 Indonesia masih berlaku.
Menurut Agung, tiket yang sudah dibeli oleh penonton sudah berdasarkan nama masing-masing pembeli, sesuai dengan identitas di KTP.
Tiket elektronik yang hanya bisa dibeli melalui aplikasi PSISFC+ tersebut, kata dia, hanya diperuntukkan bagi anggota dengan KTP Kota Semarang.
"Akan disaring, untuk memastikan pemilik tiket sesuai dengan nama yang tertera untuk menjaga situasi pertandingan agar tetap kondusif," kata Agung.
Dia menjelaskan pelaksana pertandingan akan membuka dua pintu masuk, yakni di tribun barat sisi selatan dan utara untuk pengecekan tiket dan KTP.
Agung menambahkan pada tiket elektronik yang dipegang oleh penonton juga disampaikan tentang imbauan serta larangan saat memasuki stadion.
"Larangan melakukan kekerasan, membawa flare, senjata tajam, petasan, melakukan rasisme. Kemudian, soal ancaman denda bagi yang melanggar," tutur dia.
PSIS Semarang menjamu Persis Solo dalam pertandingan lanjutan Liga 1 Indonesia 2024/ 2025 di Stadion Jatidiri Semarang, Senin (20/1).